Sejarah Hari Dokter Nasional
Hari Dokter Nasional diperingati setiap tahunnya
di Indonesia setiap tanggal 24 Oktober. Pada 24
Oktober 2018, peringatan Hari Dokter Nasional telah menginjak
tahun ke-68.
Sejarah
peringatan Hari Dokter Nasional setiap 24
Oktober rupanya memiliki keterkaitan dengan perjuangan
para dokter Tanah Air selama masa penjajahan Belanda. Mengapa
bisa demikian? Simak penjelasannya berikut yang telah
dirangkum Grid.ID dari berbagai sumber.
Selama masa
penjajahan Belanda, para dokter di Tanah Air rupanya telah memiliki organisasi
sendiri bernama Vereniging van lndische Artsen (Asosiasi Dokter
Hindia Belanda). Organisasi yang didirikan pada tahun 1911 ini diketuai
oleh dr JA Kayadu.
Seiring
perjalanannya, nama organisasi ini berubah menjadi Vereniging van lndonesische
Geneeskundige (VIG) atau Asosiasi Dokter Indonesia.
Perubahan nama
ini rupanya memiliki makna mendalam terkait rasa nasionalisme para dokter Tanah
Air.
Mereka mengubah kata 'Indische' menjadi 'Indonesische' yang berarti Indonesia sebagai bentuk pengakuan para dokter Tanah Air terhadap persatuan Indonesia.
Selama berdirinya, VIG kerap
menyuarakan perjuangan untuk mendapat persamaan kedudukan antara dokter Tanah
Air dengan dokter Belanda.
Sebagai jajahan Belanda, para
penduduk Indonesia kerap
mendapat perlakuan diskriminatif dari pemerintah kolonial.
Tak
terkecuali para dokter Tanah Air yang kerap dianggap sebagai dokter kelas dua
padahal dari segi kualitas mereka tidak kalah dibandingkan dokter-dokter
Belanda.
Dilansir dari
laman IDI Online, perjuangan VIG berhasil meningkatkan gaji para dokter
Indonesia dari sebelumnya hanya 50 persen dari gaji dokter Belanda sehingga
naik menjadi 70 persen.
Tak hanya itu,
para dokter Indonesia juga mendapat prioritas pertama untuk dapat diangkat
menjadi asisten dokter Belanda.
Perjuangan
para dokter di VIG harus terhenti ketika organisasi ini dibubarkan pada
masa pendudukan Jepang tahun 1943.
Sebagai
gantinya, dibentuklah organisasi baru bernama Jawa izi Hooko-Kai.
Pasca
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, perjuangan para dokter Indonesia
semakin menguat.
Guna
menyatukan dokter-dokter Indonesia yang tersebar di berbagai
daerah, diadakanlah sebuah muktamar.
Atas usul dr.
Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia penyelenggara muktamar dokter
berkewarganegaraan Indonesia yang diketuai dr Bahder Djohan.
Muktamar ini
bertujuan mendirikan suatu perkumpulan dokter Indonesia agar dapat menjadi
representasi dunia kedokteran di Indonesia.
Dilansir
TribunJogja, Selasa (24/10/2017), Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (MIDI)
yang pertama digelar tanggal 22-25 September 1950 di Deca Park (kini menjadi
Gedung Pertemuan Kotapraja), Jakarta.
Tak kurang dari 181 dokter, 62
di antaranya datang dari luar Jakarta, hadir dalam
muktamar tersebut.
Muktamar ini kelak menjadi
cikal bakal terbentuknya Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
yang kita kenal sekarang.
Dalam
muktamar ini, dr Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Namun,
pembentukan IDI baru disahkan secara hukum pada tanggal 24 Oktober 1950.
Kelak, setiap
tahunnya, pada tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional
sekaligus ulang tahun IDI.
Sejak itu pula, IDI terus mengibarkan sayapnya dalam
memajukan dunia kesehatan Indonesia.
Selama
2 tahun sejak dibentuk, IDI masih beraktivitas dengan dengan fasilitas yang
terbatas.
Oleh karenanya
pada tahun 1952, IDI menetapkan dalam anggaran tahunannya untuk mencari lokasi
untuk dijadikan kantor IDI.
Atas
jasa dr Tang Eng Tie, IDI kemudian dapat membeli sebuah gedung yang berlokasi
di Jalan Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta.
Gedung inilah
yang kemudian digunakan menjadi gedung Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
hingga kini.
Oleh karenanya,
Hari Dokter Nasional penting untuk diperingati untuk mengenang perjuangan para
dokter Tanah Air bagi Indonesia.
Selamat Hari
Dokter Nasional! (*)
Sumber: http://www.grid.id
0 Response to "Sejarah Hari Dokter Nasional"
Posting Komentar